Minggu, 12 Maret 2017

Delusi Jihad Fi Sabilillah

Serangan teroris yang menghancurkan WTC (World trade Centre) pada 11 September 2001 berpengaruh besar terhadap citra umat Islam di mata dunia. Islam dan umat Islam menjadi pihak tertuduh dalam aksi tersebut. Itu adalah awal di mana dunia menganggap bahwa Islam “seolah-olah” adalah kekerasan atau Islam adalah teroris. Setahun setelah serangan di Amerika Serikat, aksi teror terjadi di Indonesia pada 12 Oktober 2002 di pulau Bali. Serangan teror yang juga disebut bom bali itu dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

Berangkat dari serangan teror mengatas namakan jihad fii sabilillah yang menebarkan ancaman dan kekhawatiran banyak orang menimbulkan pertanyaan yang sangat mendasar “Benarkah Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme?”

Islam adalah agama kedamaian yang menebarkan kasih sayang di muka bumi. Sebagaimana firman Allah SWT “Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya (21): 107).

Pandangan bahwa Islam adalah agama teroris disebabkan oleh ketidaktahuan seseorang tentang ajaran Islam yang sesungguhnya. Meraka sudah terlanjur menganggap Islam adalah dalang dibalik semua aksi teror dan kekerasan. Padahal pelakunya adalah kelompok radikal yang mengartikan jihad sebagai perang melawan pemerintahan thaghut (pemerintahan yang tidak menerapkan hukum islam).

Asas Islam pada dasarnya melindungi lima hal yang sangat penting dalam kehidupan, yaitu;  pertama, kebutuhan pranata nilai dan spiritual (Hifzhu al-din). Kedua,hak hidup (hifzhu al-nafs). Ketiga, hak property (hifzhu al-mal). Keempat, kehormatan dan martabat (hifzhu al-a’radh). Kelima, mengatur autentisitas keturunan (hifzhu al-nasab).

Meneladani jihad ala Rasulullah Saw. seyogyanya harus memahami kondisi perang pada masa itu juga. Sejarah Islam mengklasifikasi dakwah Rasulallah SAW menjadi dua priode, priode Mekah dan prioede madinah. Setelah Muhammad mendapatkan wahyu pertama menandakan dakwah priode Mekah dimulai. Seruan nabi Muhammad tidak serta merta menyeru semua orang untuk meninggalkan Latta dan uzzah lalu memeluk Islam, tapi permulaan dakwah pada fase Mekah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dengan cara mengajak orang-orang terdekat.

Setelah tiga tahun dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk menyeru semua orang memeluk Islam secara terang-terangan. Tapi dakwah nabi Muhammad mendapatkan kecaman dan tentangan dari kaum kafir Quraisy. Nabi dan para sahabat tidak membalas perlakuan orang kafir Quraisy dan bersabar menghadapi itu semua sampai akhirnya hijrah ke madinah.

Sejak meningkatnya penindasan kaum musyrikin Mekah terhadap umat Islam para sahabat banyak yang meminta izin kepada nabi agar diperbolehkan membalas, namun nabi meminta mereka untuk bersabar, sampai akhirnya Allah swt mengizinkan membalas perbuatan orang-orang musyrik dengan turunnya surah al-hajj ayat 39.

“telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka”.

Ayat ini memperbolehkan pembelaan diri, negara, harta dan kehormatan walaupun mengakibatkan terenggutnya nyawa lawan, pada ayat-ayat yang lain allah tidak memerintahkan perang kecuali ada fitnah atau orang kafir terlebih dahulu memerangi muslim.

Mayoritas ulama berpendapat tidak boleh memulai peperangan kecuali jika orang Kafir lebih dahulu menyerang umat Islam. Perang dalam Islam lebih bersifat defensive sebagai upaya mempertahankan diri bila ada ancaman dan serangan. Tetapi masalahnya Seringkali teks-teks jihad atau perang dalam al-Quran difahami secara parsial dan tidak menyeluruh.

Dalil yang sering kali dijadikan landasan oleh kelompok radikal untuk melancarkan serangan aksi teror adalah firman Allah SWT:

“dan bunuhlah mereka di mana pun kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana pun mereka telah mengusirmu” (QS. Al-Baqarah: 191).

Mereka menjadikan penggalan ayat tersebut sebagai titik fokus untuk membenarkan aksi teror yang mereka lakukan. Padahal jika dipahami secara komprehensif surah al-Baqarah ayat 191 tidak akan menimbulkan kesan yang menyeramkan.

Pada ayat sebelumnya (al-Baqarah: 190) Allah memang memerintahkan umat Islam berperang tapi jika musuh yang terlebih dahulu menyerang dan tidak melampau batas. Kemudian lanjutan ayat di atas (al-Baqarah: 191) menjelaskan untuk tidak memerangi musuh jika mereka memasuki area Masjidil Haram, tetapi jika mereka menyerang terlebih dahulu maka perangilah mereka. Pada surah al-Baqarah: 193 Allah menegaskan:

“dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata, jika mereka berhenti maka tidak ada lagi permusuhan kecuali terhadap orang-orang zalim”

Indikasi diwajibkannya perang adalah karena adanya fitnah. Jika dalam suatu daerah tidak ada fitnah maka tidak diwajibkan berperang. Fitnah dalam ayat ini adalah kekacauan, merapas hak orang lain, menyakiti, dan mengganggu kebebasan beragama.

Pemahaman yang keliru sering kali mengartikan jihad sebagai tindakan melawan orang kafir (non muslim), menghancurkan fasilitas dan kepentingan pihak barat dengan cara apapun. Maka aksi teror bisa saja terjadi jika seseorang memahami ayat jihad dan perang berdasarkan nafsu yang tidak memperhatikan sabab nuzul (latar permasalahan turunnya wahyu), munasabah ayat (korelasi antar ayat) dan susunan kebahasaan yang merupakan syarat utama menafsirkan suatu ayat.

Trem jihad dalam al-Quran tidak identik dengan kekerasan atau kekuatan fisik melawan musuh melainkan sebagai kesungguhan dalam memperjuangkan kebenaran. Dalam sebuah hadis sangat jelas diceritakan, ketika itu nabi dan para sahabat baru saja pulang dari perang badar. Kemudian nabi Muhammad berkata pada para sahabat, “umat islam baru saja pulang dari jihad kecil dan menuju jihad yang lebih besar yaitu menundukkan nafsu.”

Minggu, 05 Maret 2017

Kesusastraan Sebagai Mukjizat Al-Quran

Mukjizat adalah kejadian di luar nalar pada seorang nabi dan rasul untuk membuktikan kebenaran risalah dari Allah SWT. Mukjizat terjadi ketika nabi atau rasul terjepit dalam kondisi yang sulit. Nabi Musa membelah lautan ketika ia terpojok di tepi laut merah saat dikejar oleh Firaun dan tentaranya, nabi Ibrahim tidak bisa lagi menghindar ketika ditangkap oleh raja Nambruz, ketika dibakar tubuhnya tidak merasakan api yang panas.

Mukjizat yang Allah berikan juga disesuaikan dengan keahlian dan trend masyarakat pada waktu itu. Nabi Isa hidup di jamam kedokteran dan pengobatan, kemudian Allah memberikan mukjizat kepadanya berupa keahlian menyembuhkan penyakit, bahkan dengan izin Allah nabi Musa bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Nabi Muhammad hidup pada masyarakat yang memiliki keahlian dalam ilmu sastra, kemudian al-Quran diturunkan kepadanya, sebagai kitab yang mengandung nilai-nilai sastra yang tinggi.

Al-Quran prinsipnya Shalihun li kulli zaman wa makan, selalu relevan dalam setiap keadaan. Menurut Emha Ainun Nadjib, satu ayat dalam al-Quran bisa menjawab semua permasalahan apapun. Tapi masalahnya kekuatan nalar manusia sangat terbatas sehingga apabila ada penafsiran-penafsiaran yang jauh keluar dari teksnya dianggap salah atau keliru, padahal berbicara tentang tafsir tidak ada istilah benar atau salah, tapi relevan atau tidak relevan.

Sekarang ini adalah era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai teori dan penelitian banyak dikembangkan, sampai-sampai sekolah dan perguruan tinggi islam menerbitkan pelajaran baru yaitu tafsir ilmi. Inti kajian dari tafsir ilmi adalah mengintegrasikan teori sains modern dengan al-Quran.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang melupakan seseorang bahwa kesusastraan al-Quran tetap sebagai mukjizat yang agung. Ini terjadi ketika saya terlibat dalam sebuah diskusi, seseorang mengatakan bahwa kesusastraan al-Quran sudah tidak lagi relevan sebagai mukjizat, fase itu sudah berlalu ketika kaum Kafir Quraisy kehabisan kata-kata untuk menentang al-Quran.

Bukti kesusastraan al-Quran sebagai mukjizat teragung adalah kita tidak pernah bosan membaca maupun mendengarkannya. Sejatinya sastra adalah masalah rasa, kata dan ungkapan indah adalah yang sampai pesan dan maknanya kepada si pembaca dan yang mendengarkannya, walaupun dalam perkembangan ilmu sastra teori akan terus berkembang. Secara garis besar unsur sastra terbagi menjadi dua macam. Pertama, unsur intrinsik. Kedua, unsur ekstrinsik. Di dalamnya kita mengenal istilah tema, diksi, majas, alur, amanat, tokoh, seting, dan lain-lain.

Al-Quran adalah kitab dengan diksi atau pemilihan kata yang sangat kuat. Misalnya, pengguna kata yang bermakna manusia di dalam al-Quran menggunakan dua term yang berbeda, yaitu al-Nas dan al-Insan. Al-Nas artinya adalah manusia yang sudah dewasa, sehingga selalu digunakan untuk seruan yang menunjukan perintah atau larangan. Seperti yaa ayyuhannasu’budu robbakum (wahai manusia, sembahlah tuhanmu).

Sedangkan kata al-Insan maknanya adalah manusia secara umum, tidak terikat jenis kelamin, ataubatasan usia. Penyebutan al-Insan di dalam al-Quran biasanya berupa penjelasan tentang tabiat atau watak manusia itu sendiri, seperti dalam  penggunaan al-Nas dan al-Insan tepat dan konsisten.Perbedaan-perbedaan seperti ini tidak akan diketahui tanpa memahami dan menyelami makna yang terkandung di dalamnya.

Di dalam al-Quran juga terdapat kisah-kisah yang sangat menarik. Tidak berlebihan jika saya menyebutkan salah satu kisah yang sangat  menarik untuk disimak adalah kisah nabi Yusuf yang tertuang dalam surat Yusuf. Kisah yang penuh drama, konflik dan intrik. Perhatikan bagaimana saudara-saudara Yusuf merencanakan pembunuhan sampai berdusta kepada ayahnya (nabi Yaqub).

Konflik demi konflik diceritakan dengan apik. Permasalahan dengan Siti Zulaikha, tragedi apel berdarah, Yusuf dipenjarakan, menafsirkan mimpi dua tersangka yang berbeda, sampai kemudian bebas setelah menafsirkan mimpi raja tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus.

Tidak berhenti sampai di situ, suasana tergambar mendebarkan ketika saudara-saudara Yusuf datang kepadanya meminta bantuan, tetapi satu di antara mereka yaitu bunyamin ditangkap karena di dalam tasnya terdapat pila menteri. “pantas saja dia mencuri, karena dulu saudaranya juga adalah seorang pencuri” kata saudara-saudara yusuf yang lainnya.

Klimaksnya  tertuang ketika ayah nabi Yusuf dapat kembali melihat, kemudian semua keluarganya masuk ke Mesir dengan aman. Yusuf berkata “ayah, Inilah tabir mimpiku dulu. Sesungguhnya Tuhan telah menjadikannya nyata”

Al-Quran terlalu rendah kalau disebut sebagai kitab kumpulan puisi atau kisah, lihatlah betapa kemukjizatan sastra dalam Al-Quran tidak lantas hilang dengan trend masyarakat modern yang lebih memperhatikan progress keilmuan dan sains. Al-Quran adalah petunjuk bagi semua manusia, tetapi dengan keindahan bahasanya banyak orang yang memeluk Islam, diantaranya adalah Labid bin Rabiah, Umar bin Khatab, Hakeem Olajuwon, Barbara Bush, dll.

Rabu, 25 Januari 2017

MENYIKAPI HOAX

Media online adalah media yang pling sering digunakan masyarakat di era digital saat ini. Akses yang mudah dan berita yang up to date menjadi alasan masyarakt lebih memilih media online dari pada media elektronik atau media cetak. 
 
Berdasarkan data dari pemerintah bahwa pengguna internet digandrungi oleh 132 juta jiwa, dari jumlah itu ada 129 juta yang memiliki akun media sosial aktif, serta penggunaan internet penduduk indonesia rata-rata menggunakan telepon seluler.

Kebebasan pers dan kebebasan berekspresi adalah angin segar bagi penikmat masalah kehidupan. Tapi bukan berarti tanpa celah, sisi negatifnya kebebasan seringkali kebablasan, banyak media abal-abal yang menyebarkan kebencian, menebarkan fitnah, maupun berita hoax.

Dewan Pers belakangan gencar memverifikasi media-media massa. Tujuannya jelas, yaitu menekan media abal-abal yang mengadu domba, berisikan faham radikal, memuat berita tidak sesuai fakta, menebar kebencian, dan hal-hal lain yang senada.

Dewan pers juga akan memberikan logo tanda lolos verifimasi kepada media-media yang memenuhi syarat  dan ketentuan yang ada, seperti berbadan hukum, terdaftar di kemenkumham, bersedia meratifikasi pedoman-pedoman jurnalistik dewan pers, dan lain-lain.

Walaupun terdengar mengancam kebebasan pers dan kebebasan berekspresi, jika dilihat dari tujuannya, verifikasi media bak sertifikat halal dari MUI pada makanan. Kita sendiri harus cerdas memilah dan memilih.

Berita bohong (Hoax) sudah mengangkasa di cakrawala media online: mulai dari Facebook, Twitter, situs berita, artikel di blog dan lain-lain. Situasi ini semakin parah ketika Hoax disebarkan ke berbagai aplikasi pengirim pesan seperti BBM, Whatsapp, line, dan lain-lain. Tujuannya mungkin hanya sekedar menyebarkan informasi tetapi jika yang di-Share  adalah berita bohong artinya sama saja menyebarkan kebohongan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa merebaknya hoax di sekeliling kita saat ini sengaja dibuat oleh segelintir orang untuk beragam kepentingan: politik, bisnis, hingga popalaritas. Celakanya, para konsumen dan distributor hoax tak merasa dibodohi, Ini seperti orang yang mengkonsumsi narkoba, dia merasa nikmat namun tidak merasa mengkonsumsi zat yang sangat berbahaya.

Pada masa Rasulullah berita hoax pun sudah menyebar luas, ketika itu Aisyah dikabarkan selingkuh dengan Shafwan bin Mu’aththal sampai-sampai Rasul sedikit "menjauhi" Aisyah, hingga akhirnya Allah membersihakn Aisyah dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar itu. (Lihat Surat an-Nur:11-22)

Pada masa sahabat sebuah berita terlebih berita itu adalah sabda nabi Muhammad SAW tidak serta merta diterima jika tidak bersumpah akan kebenarannya dan tidak bisa mendatangkan saksi. Seiring dengan perkembangan zaman hadis semakin menyebar, para ulama hadtis menyaratkan beberapa hal untuk menentukan apakah berita itu bersumber daru Rasul atau bukan. Secara ringkas untuk menentukan keabsahan berita tersebut yaitu dengan cara meneliti isi informasi dan informannya (rawi dan sanad).

Jadi, yang paling pertama kali dilakukan untuk menanggapi sebuah berita adalah diam. Diam bukan berarti tidak peduli atau masa bodoh, diam dengan tidak menunjukan reaksi yang berlebihan seperti marah atau kesal sampai mendapatkan kejelasan berita tersebut.

Jika mengikuti langkah-langkah takhrij hadis, untuk mengklarifikasi sebuah berita atau broadcast, kita harus mengetahui dari siapa saja berita itu disampaikan sampai pada orang yang membuatnya, kemudian apakah orang-orang itu jujur atau tidak, cerdas atau tidak. Semoga kita diberi hidayah.
(tulisan ini seberlumnya sudah pernah diterbitkan oleh komppaq.org)

Sabtu, 14 Januari 2017

Selera Humorku Rendah: Sebuah Surat Cinta

Assalamu'alaikum... 

Tuan anggap saja dirimu adalah Sophie Amundsend dalam buku World Sophie yang ditulis oleh Jostein Gaarder, tapi saya bukan seorang mesterius. Saya tidak terkenal, lagi pula siapa yang mau mengenal saya.

Begini tuan, saya sadar bahwa hidup adalah panggung masalah yang megah. Kita bisa menyaksiakan nyanyaian-nyanyian kesedihan, tarian kegembiraan, bahkan drama emosional yang memeras perasaan. Sesungguhnya kita tidak hanya sekedar menyaksikan pementasan itu, tapi kita juga berperan di dalamnya.

Tuan, saat ini saya merasa ada masalah dengan diri saya. Masalah yang sangat besar, lebih besar dari harga cabai yang mahal. Masalahnya adalah selera humor saya rendah.

Beberapa waktu yang lalu ada seseorang yang mengirimkan voice note di grup whtsapp yang dihuni kaum terpelajar dan agamis. Isi vice note tersebut awalnya terdengar penggalan suatu kata yang tidak jelas, tapi kemudian ada satu penggalan lanjutan menyususl, yang menunjukan itu adalah kata yang sangat kotor. Parahnya kiriman voice note ketiga  dengan jelas dia lafadzkan kata yang sering digunakan oleh lelaki hidung belang pengguna jasa PSK. Orang-orang tertawa, sedangkan saya nyinyir sinis.

Masih di grup yang sama. Kali pertama saya mengganti nama grup dengan nama yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan asas didirikannya paguyuban tersebut. Grup yang dibangga-banggakan itu tiba-tiba gempar. Ternyata selain selera humor saya rendah, lelucon saya juga recehan.

Banyak reaksi dari kawan-kawan yang saya hormati. kata Ahlunnar adalah yang paling favorit, sedangkan disebut sebagai penistaan terhadap grup itu yang paling saya suka. Jadi, tuan. Jika anda tidak mau menjadi ahli neraka dan disebut sebagai si penista, jangan coba-coba mengganti nama grup apapun di media sosial.

Saya merasa muak dengan istilah penistaan tuan. Oke, saya akan terima jika akhirnya saya menjadi tersangka terkait penistaan nama grup tersebut. paling parah dikeluarkan dari grup, dijauhi, dimusuh, dan lain-lain yang mungkin tidak terduga. Tapi bagaimana kalao begini:

Ada sebuah organisasi yang bergiat di bidang membaca atau menulis, tapi ternyata tidak ada kegiatan, atau tidak mementingkan, atau hanya sedikit aja kegiatan yang berkaitan dengan membaca dan menulis, atau hanya mementingkan acara-acara yang menghabiskan banyak uang dan bersifat substantif, sedangkan isinya hanya sebagai wadah mendapatkan gebetan. Siapa yang paling menistakan menurut anda tuan? 

Wassalam...

NB: Tuan, jika anda berkenan mohon jawab surat cinta ini.

Dari saya yang loba aced, tidak dewasa, balaga kos taik, teu boga kaera dan ahlunnar ini.

Selasa, 10 Januari 2017

Cinaku Sayang Cinaku Malang

“Brand” terbesar yang menguasai pasar Indonesia setelah label halal milik MUI adalah “Made In China”. Stempel halal milik MUI hanya bisa kita jumpai pada kemasan makanan saja, konon kalau ada makanan yang tidak ditantadai dengan kumuplan huruf hijaiyah ha-lam-alif-lam yang dikelilingi kaligrafi Majelis Ulama Indonesia  dalam huruf arab ke-halal-annya diragukan, bahkan yang lebih ekstirm lagi hukumnya haram. 

Sebuah ungkapan yang sedikit aneh menurut saya. “Pakailah kerudung yang halal”. Alasannya karena banyak beredar kain-kain dengan bahan dasar bulu babi. kalau kerudung  yang digunakan harus berlabel halal maka seharunya baju, celana, bahkan pakaian dalam sekali pun harus bersertifikat halal. Jika kehalalan pakaian menjadi barometer sah tidaknya ibadah (Shalat) seseorang, maka bagimana nasib mereka yang hobi belanja daleman di pasar tumpah setiap akhir pekan yang harganya gocengan?

Pemahaman saya tentang surat al-Baqarah: 168 yang mengatakan tentang makanlah segala sesuatu yang ada di bumi yang halal menjadi muabadzir, sia-sia pula masa muda saya yang mengkaji kitab kuning yang menyebutkan bahawa salah satu syarat sah solat itu adalah menggunakan pakaian yang suci bukan yang halal.

Hal lain yang membuat mata saya terbelalak bahkan sampai mengerutkan dahai adalah sampai saat ini saya belum pernah melihat ada babi berbulu. yang saya ketahui bulu babi adalah salah satu jenis binatang laut yang bentuknya mirip buah rambutan busuk.

Saya tidak akan panjang lebar membahas label halal milik MUI, bagaimanapun juga mereka adalah ulama. Saya takut kualat atau hudup tidak berkah. Saya juga takut dikira nyiyir pada MUI. Nanati ada orang yang membawa draft dengan pertanyaan semisal “kapan terkahir baca al-Quran dengan arti dan tafsirnya? Kapan terakhir baca kitab shohih Bukhary? Kapan terkahir baca kitab kuning?” dan segudang kapan yang akan membuatku kikuk. Oh termakasih om Tere Liye. Anda sukses menjaga wibawa ulama.

Saya heran kenpa orang-orang banyak yang membicarakan Cina, Tiongkok, Tionghoa dan Komunis. Gerakan anti komunis sudah lama saya dengar, katanya jika PKI bangkit akan mengancam kesatuan dan persatuan Republik Indonesai. Lalu apa hubungannya dengan Cina? Ya, karena  Cina seringkali dianggap sebagai negara komunis, padahal tidak semua orang cina (keturunan tionghoa) itu komunis dan tidak ada yang bisa menjamin bahwa tidak ada pribumi yang menganut faham komunis. Apakah Indonesia hari ini terjangkit Chinafobia atau anti-tionghoa? sebuah pertanyaan yang hanya kita sendiri yang mengetahui jawabannya.

Poerwanto Hari dalam bukunya Orang Cina Khek Dari Singkawang, menjelaskan bahwa bangsa China sudah ada di Indonesia sejak abad ke-5 M, bahkan ada sumber yang menjelaskan hubungan Cina-Indonesia sudah terjalin sejak dinasti Han, yaitu pada abad ke-5 SM. Bangsa Cina adalah para pedagang yang mencari rempah-rempah ke Indonesia, karena beberapa hal mereka menetap di Indonesia dan berasimilasi dengan penduduk setempat.

Hubungan Cina-Indonesia sangat menarik untuk dikaji, sebagai pedangan yang mencari suaka, bangsa Cina bisa jadi kawan atau lawan bagi pribumi. Pada abad ke-17 Cina menguasai sektor perekonomian di Batavia, hal ini sangat penghabat para penjajah untuk menguasai Indonesia, apalagi jika bangsa Cina dan Pribumi bersatu maka sebuah ancaman yang sangat berbahaya bagi belanda. Bangsa Cina pernah menggalang kekuatan untuk menyerbu kapal-kapal belanda yang masuk ke Batavia karena akan mengancam perekonomian pada waktu itu, akhirnya pertempuran tidak basa dielakkan.

Kemudian karena kejadian itu Belanda menjanjikan imbalan bagi setiap kepala orang Tionghoa yg berhasil dibunuh. Inilah awalnya perselisihan antara Cina dan pribumi. Nama "Kali Angke" yang terletak di Jakarta Utara "Sungai Merah" yang menggambarkan pembantaian pada orang Cina.
Tahun 1955-1965, perselisihan pun terjadi antara pribumi dan Cina. Keturunan Cina dituduh "tidak patriotik" karena tidak ikut serta dalam perang meraih kemerdekaan, akhirnya pemerintah Indonesia saat itu mengeluarkan peraturan yang membatasi peran Tionghoa dalam politik.

Pada pemerintahan Soeharto, orang Tionghoa di Indonesia diharuskan mengganti nama mereka dengan nama Indonesia. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat pedih karena mereka menjadi kehilangan marga dan nama keluarga mereka. Segala tradisi yang berbau Cina diharamkan, dan bahasa Mandarin pun dilarang karena mereka dituduh menyebarkan paham komunis.
Puncaknya pada kerusuhan 1998, orang Tionghoa dituduh menjadi biang krisis ekonomi dan KKN di Indonesia karena mereka sering menggunakan sogokan untuk mendapatkan kemudahan dari pemerintah. Ratusan ribu orang Tionghoa di Indonesia dibunuh, diperkosa, dan milik mereka dijarah massa.

Di lain sisi saya akan sedikit menjelaskan Cina dan penyebaran Islam di Indonesia.seorang Tionghoa bernama Ceng Ho adalah orang yang membawa Syekh Quru (orang pertama yang menyebarkan Islam di Karawang dan Jawa barat dan merupakan salah satu guru dari Sunan Gunung Jati), bahkan tidak banyak yang tahu bahwa Cina adalah sekutu dari kerajaan Demak yang notabene adalah kerajaan Islam, jangan lupa pula bahwa bahwa 4 dari walisongo yaitu Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati adalah keturunan tionghoa. Bahkan salah satu teori masuknya Islam ke Indonesia, yaitu teori Mekah atau Arab Saudi yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip dari catatan seorang ahli geografi Chou Ku-Fei membuktikan bahwa cina juga berperang penting dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Saya bukan seorang tionghoa, tapi dengan tulisan ini memungkinkan saya disebut sebagai pembela Cina atau bahkan komunis. Mari kita baca segala hal dari berbagai aspek. Jangan mengaku anti Cina kalau HP yang dipegang masih made in china, jangan ngaku anti china kalau beli produk lokal saja masih disebut hal yang kampungan, jangan bilang anti china kalau masih mencemooh buatan anak bangsa. Semua ini masalah politik belaka